Berbeda dengan Inagurasi pertama yang berlokasi di Bekasi, kali ini FLP Bekasi berkunjung ke Rumah Dunia, Serang. Berangkat pukul 8.30 WIB, ngaret satu setengah jam dari rencana semula, sempat membuat beberapa anggota BT. Tapi rasa BT itu sirna, setelah dua jam kemudian sebuah bangunan bertuliskan Rumah Dunia terpampang di depan mata. Beberapa relawan menyambut di pintu gerbang. Rupanya mereka sudah menanti kedatangan kami. Terbukti beberapa kursi sudah diatur rapi di bawah pohon.
Cuaca cukup panas siang itu, namun tiupan angin sepoi-sepoi mampu membuat suasana menjadi sejuk. Herlan, ketua panitia, membuka acara. Diawali dengan sambutan dari Ketua FLP Bekasi, acara berlanjut dengan bincang-bincang santai mengenai Rumah Dunia. Komunitas nirlaba yang peduli terhadap dunia pendidikan dan budaya ini didirikan sejak 2002 oleh Gola Gong dan istrinya Tias Tatanka. Beberapa relawan yang hadir menceritakan awal keikutsertaanya dalam kegiatan Rumah Dunia. Roni, salah satu relawan menceritakan pengalamannya. Awalnya ia merasa tertipu karena bukan diajari menulis. Alih-alih ia dijadikan petugas kebersihan yang menyapu Rumah Dunia. Tapi justru di situ letak keunikannya. Gola Gong berharap semua orang yang belajar di Rumah Dunia juga memiliki sense of belonging terhadap tempat itu. Beberapa komentar lucu terlempar dalam diskusi ringan itu, membuat suasana menjadi santai.
Setelah sholat dan makan siang, diskusi bersama Gola Gong yang menjadi agenda utama inagurasi dimulai. Dengan tema “Asyiknya Jadi Penulis”, Gola Gong menceritakan pengalaman-pengalamannya sebagai penulis dan tak lupa memberikan beberapa tips. “Untuk menjadi penulis yang baik, kita jangan malas melakukan riset. Baik riset lapangan maupun riset literature,” petuah Gola Gong.
“Seperti layaknya seorang pendekar, riset lapangan dan kegiatan membaca merupakan proses pengisian tenaga dalam bagi seorang penulis. Sehingga ketika kita menggoreskan pena, ide-ide itu akan keluar secara otomatis,” lanjutnya.
Diskusi berjalan satu jam dan diakhiri dengan pemberian plakat dari FLP Bekasi kepada Rumah Dunia.
Acara selanjutnya adalah games. Anggota dibagi menjadi tiga kelompok. Tiap kelompok diberi tugas untuk membuat yel-yel dan kemudian memperagakannya di depan. Tugas kedua adalah menghayal. Masing-masing kelompok diberi pertanyaan: apa yang akan mereka lakukan jika menjadi Harry Potter, Cinderella dan Dora. Beberapa jawaban lucu terdengar, membuat suasana menjadi seru.
Sementara yang menjadi Dora ingin menghilangkan poni rambutnya karena Dora culun kalo pake poni.
Tidak kalah serunya dengan kelompok yang menjadi Harry Potter. Seorang anggota menjawab ia akan mengganti pesawat terbang dengan sapu terbang, sehingga peristiwa hilangnya Adam air tidak akan terjadi lagi.
Puas bergelak tawa, acara selanjutnya adalah pemberian sertifikat. Sertifikat pertama diberikan kepada Via Madini sebagai anggota tanpa absent. Yup, selama 8 kali pelatihan, Via selalu datang, padahal rumahnya di Kalideres loch.
Two thumbs up for Via!
Waktu telah menunjukan pukul 15.30, saatnya kami harus pulang.Foto bersama merupakan hal yang wajib. Maka masing-masing anggota berebut tempat agar bisa berpose di sebelah Gola Gong. Beberapa anggota yang kurang puas malah meminta foto berdua dengan Mas Gola Gong.
Seandainya ketua FLP Bekasi tidak menghentikannya, mungkin acara foto-foto itu bisa berlangsung sampai malam.