Thursday, December 23, 2004

[ARTIKEL] Tentang Konflik

Oleh : Fithri

Orang tua Harry Potter adalah penyihir dan Harry mewarisi kemampuan mereka. Pada usia sebelas tahun ia dipanggil ke sekolah penyihir. Di sana ia belajar membuat ramuan, menerbangkan barang-barang dan bermain bola di atas sapu terbang. Ia menggunakan mata uang sickle, galleon dan knut. Asramanya bernama Griffyndor dan di sana banyak hantu. Di sana ia juga berteman dengan Ron Weasley yang suka berpetualang dan Hermione Granger yang pandai. Hagrid, penjaga binatang di hutan, juga adalah sahabat Harry.

Kalau Anda adalah JK Rowling, apakah Anda akan merasa semua ini cukup untuk mulai menulis buku Harry Potter?

Mungkin Anda merasa kehidupan Anda teramat sangat unik dan menarik.

Anda tinggal di pesantren dengan ratusan siswa lain yang masing-masing punya kepribadian dan keanehan. Bersama mereka Anda melakukan berbagai kegiatan yang tak mungkin Anda lupakan seumur hidup. Cukupkah itu untuk menulis sebuah cerita?

Anda bekerja di sebuah kilang minyak lepas pantai. Alam kadang-kadang ganas dan kesepian membayangi Anda hampir sepanjang waktu. Cukupkah ini untuk menulis sebuah cerita?

Anda adalah seorang wartawan dan pekerjaan Anda membawa Anda ke dalam bahaya, bencana, duka lara dan kegembiraan. Cukupkah ini semua kalau Anda akan menulis sebuah cerita?

Orang terdekat Anda baru saja meninggal dunia. Hidup Anda berantakan dan Anda tak bisa menyingkirkan semua kenangan bersamanya. Cukupkah ini untuk sebuah cerita?

Maaf, tapi menurut saya, itu belum lagi cukup. Anda masih membutuhkan satu unsur penting lagi. Konflik.

Konflik adalah fondasi sebuah cerita. Penokohan dan plot adalah tembok, pilar dan atapnya.

Tanpa konflik, tulisan Anda tidak memiliki tujuan. Tanpa konflik sulit untuk mempertahankan ketertarikan pembaca terhadap tulisan Anda. Tanpa konflik tulisan Anda hanya akan berbentuk sebuah narasi hambar, seunik apapun latar belakang, plot dan penokohan yang Anda suguhkan. Penanganan dan penyelesaian konflik adalah lahan di mana Anda bisa membuktikan kepiawaian Anda mengolah cerita.

Karena itu, sodorkanlah konflik dalam setiap cerita Anda. Tanpa itu, cerita Anda akan hancur berkeping-keping.[]

*dari milis BCN*

0 comments: