Tuesday, December 21, 2004

[TIPS] Sekilas tentang Menulis Cerpen

Oleh Muhammad Yulius, Redaktur Pelaksana Annida

Sebelum kita berbicara ngalor ngidul tentang teori menulis cerpen, pertama-tama Anda harus percaya bahwa dunia mengarang adalah “rumah yang pintunya selalu terbuka”. Artinya, siapapun Anda dan kapan pun Anda punya motivasi, Anda bisa masuk ke dunia mengarang. Anda percaya? Kalau percaya, silakan lanjutkan membaca modul ini. Jika tidak, lupakan saja...

PERTANYAAN DAN TINDAKAN

1.Dari mana datangnya cerita?

Cerita dalam jenis apa saja (cerpen, novel, novelet, dll) berasal dari sebuah ide cerita. Lahirnya ide cerita membutuhkan perbekalan pada pihak Anda sebagai pengarang, yakni pengetahuan yang cukup dalam tentang manusia dan ketajaman observasi. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang manusia dan kehidupannya, Anda tidak mungkin bisa melukiskan tokoh cerita Anda dengan meyakinkan. Dan tanpa observasi yang tajam, Anda tidak bisa melihat apa-apa dari kehidupan di sekeliling Anda, meskipun kedua pelupuk mata Anda terbuka lebar-lebar.

TINDAKAN: Anda harus membuka mata batin Anda. Cari ide itu dengan cara mengamati siklus kehidupan sehari-hari dengan cermat. Anda tidak bisa menunggu ide itu turun dari langit. Misalnya: Anda pergi-pulang ke kampus dengan menumpang bus. Di perjalanan Anda pasti menyaksikan banyak sekali peristiwa. Jangan lewatkan peristiwa-peristiwa itu begitu saja. Carilah, ide cerita apa yang bisa Anda tulis menjadi cerpen.

2.Kalau ide cerita sudah kita dapatkan, lantas bagaimana?

Segera saja tulis. Tetapi seringkali Anda kebingungan untuk memulainya, padahal Anda sudah mendapatkan ide cerita yang lain lagi. Jangan panik, jika ide cerita itu belum bisa Anda tulis dalam bentuk cerita, Anda bisa menyimpannya dalam ingatan.

TINDAKAN: Anda harus menyediakan sebuah ‘buku pintar’, yakni sebuah buku tulis khusus untuk menuliskan ide-ide cerita yang Anda dapatkan. Tulis ide cerita dalam beberapa kalimat. Sewaktu-waktu, bila Anda sudah merasa siap menuliskannya, Anda tinggal kebet saja.

Contohnya: Seorang tua bekas pejabat ingin mencari kegiatan baru, karena ia masih merasa sebagai tokoh penting. Ia selalu ingin bertemu dengan orang-orang penting yang pernah jadi anak buahnya dulu, ikut dalam pertemuan dan pesta-pesta mereka. Suatu hari dalam sebuah pertemuan, seorang wartawan mengambil gambarnya. Pejabat itu merasa sangat bangga dan bertanya kepada si wartawan: “Untuk dimuat di mana?” Dengan menahan geli dalam hati, si wartawan menjawab: “Cuma untuk dokumentasi saja kok, Pak.”

3.Oke, ide cerita sudah punya, observasi juga sudah saya lakukan, saya ingin segera menulisnya menjadi sebuah cerpen. Tapi, saya bingung harus mulai dari mana? Pertama-tama ide cerita perlu dijabarkan menjadi organ-organ cerita.

Organ-organ cerita itu meliputi:

a. Judul
Terserah Anda, mau langsung menulis cerita dulu baru judul atau sebaliknya. Yang jelas, judul harus dibuat menarik tapi tidak kampungan. Judul yang baik berperan seperti etalase toko--buatlah calon pembeli merasa harus masuk ke toko Anda. Judul yang kampungan biasanya memamerkan kehebatan-kehebatan semu, misalnya: Sapu Tangan Berlumuran Darah. Judul ini kampungan karena belum-belum Anda sudah mengumumkan: lihatlah, betapa hebatnya cerpen saya. Pembaca ingin melihat sendiri seperti apa cerita Anda itu, tapi jangan dipersilakan macam begitu.

b. Lead, intro, atau pembuka
Cerita dibuka dengan cara menuliskan satu paragraf kalimat pembuka. Ingat-ingat betul, kalimat pembuka itu harus menarik, supaya rasa penasaran pembaca cerpen Anda yang sudah dimulai dari judul, terus berlanjut. Sebuah lead yang menarik dicontohkan oleh cerpen Kota itu Porak-poranda karya M. Hadirin: Pada hari Sabtu di bulan Juli, rakyat desa Sukarasa dikejutkan oleh sebuah peristiwa yang baru sekali itu terjadi. Dipastikan, setelah membaca lead pendek ini, pembaca bertanya-tanya: apa peristiwa mengejutkan yang barus sekali itu terjadi? Mereka tentu ingin membaca terus.

c. Konflik
Terserah Anda mau menulis cerita tentang apa saja, yang penting Anda tidak mengabaikan konflik di dalamnya. Cerpen tanpa konflik hanya akan jadi teks pidato. Konflik terjadi karena pertentangan kepentingan (baik lawan jahat), misalnya antara polisi dan bandit, antara raja yang zalim dan rakyat yang menderita, atau ketimpangan antara kaya dan miskin. Jadi, tanyalah pada diri Anda, apa konflik calon cerpen Anda? Berapa besar konfliknya?

d. Suspensi atau ketegangan
Jika Anda ingin membuat betah pembaca cerpen Anda, buatlah suspensi atau ketegangan, yakni saat-saat si tokoh cerita menghadapi masalah yang begitu besar, sehingga rasa-rasanya ia tidak akan mampu menyelesaikannya. Efek dramatik dari detik-detik genting ini sangat besar perannya dalam cerita, karena ia sangat kuat merangsang tanggapan emosional pembaca. Tapi jangan lantas mendramatisir cerita. Kalau masalahnya kecil, ya jangan dibesar-besarkan.

e. Karakterisasi tokoh
Di sinilah pentingnya Anda memiliki pengetahuan yang dalam tentang sifat dan karakter manusia. Kalau Anda membuat beberapa tokoh, bagaimana sifat-sifat tokoh itu Anda harus hafal betul. Kalau dia jagoan, jagoan yang seperti apa. Bagaimana cara dia berbicara, berjalan, berpakaian, dll.

f. Dialog
Anda pernah menonton film bisu yang dibintangi Charlie Chaplin? Bagaimana rasanya? Hambar kan? Memang, disebut film bisu karena tidak ada dialog dalam film itu. Semua tokohnya bergerak-gerak saja, tanpa suara. Jika cerpen Anda ingin hidup, maka Anda harus membuat tokoh-tokohnya berbicara. Beberapa fungsi dialog antara lain: memberi informasi tentang nama tokoh, lokasi, mengungkap beberapa segi dari watak tokoh, menunjukkan emosi si tokoh.

g. Fokus
Kalau Anda pernah melihat kameramen teve bekerja, Anda akan tahu apa itu fokus. Sang kameramen akan terus menyorot tokoh utama berita yang diliputnya sampai habis. Dalam cerpen, fokus berarti memusatkan penceritaan pada tokoh dan konflik yang dihadapinya sampai cerpen berakhir.

h. Ending
Ending atau akhir cerita ditulis beberapa paragraf sebelum cerpen berakhir. Terserah Anda, mau memilih happy ending atau unhappy ending. Yang jelas, ending harus benar-benar memberi kejutan dan kesan yang mendalam bagi pembaca. Jangan membuat ending yang sudah bisa ditebak.

4.Oke, saya makin ngerti. Tapi masalahnya sekarang, saya kok masih belum bisa juga menuangkan kata-kata dalam kepala saya ke atas kertas?

Itu masalah kuno. Penyebabnya: kita lebih suka ngomong daripada menulis. Kenapa ngomong lebih mudah daripada menulis? Karena kita bisa meralat setiap ucapan kita kapan saja kita mau. Ngomong umumnya tak memerlukan organisasi kata-kata. Sebaliknya, dalam tulisan kita dituntut piawai mengorganisasikan tiap kata dan kalimat yang hendak kita tulis.

TINDAKAN: kalau masih macet juga, ambil tape recorder kemudian mulailah Anda merekam suara Anda sendiri. Anda narasikan cerita yang mau Anda tulis, sampai tuntas. Jika sudah selesai, perdengarkanlah hasil rekaman Anda itu lalu tulislah.

5.Ya, sekarang saya sudah mulai bisa menulis sampai tuntas. Tapi saya merasa belum puas, sepertinya cerpen saya jelek betul.

Bagaimana ini? Jangan nangis begitu dong. Anda mestinya bersyukur, karena Anda sudah mampu menjalani proses panjang penulisan cerpen Anda. Kalau soal jelek atau bagus, itu relatif. Anda harus ingat satu hal: juri pertama bagi cerpen Anda adalah diri Anda sendiri. Kalau Anda merasa cerpen Anda bagus, ya baguslah cerpen itu. Perkara orang mau bilang jelek, itu soal cocok atau tidak cocok.

TINDAKAN: Anda harus mewajibkan diri Anda untuk membaca cerpen karya orang lain. Tapi bukan untuk dijiplak, melainkan untuk perbandingan. Teruslah menulis sambil mengapresiasi karya cerpenis-cerpenis yang sudah terkenal, supaya khazanah berpikir Anda bertambah luas.

6.Ih, kamu jahat deh. Habis, aku merasa tidak pede dengan karyaku sendiri.

Salah Anda sendiri, kenapa nggak pede. Anda juga harus camkan hal ini: Anda harus yakin bahwa cerita yang Anda tulis adalah cerita yang bagus. Kalau Anda sendiri tidak yakin, bagaimana orang lain mau yakin.

TINDAKAN: Anda mungkin perlu juga bertanya langsung kepada cerpenis yang sudah terkenal itu. Apa suka dukanya menjadi pengarang. Kenapa ia bisa menulis cerpen yang bagus. Asal jangan minta duit saja.

7.Bagaimana dong supaya saya bisa pede dengan cerpen saya sendiri?

Anda harus melakukan hal terakhir yang dilakukan setiap penulis, yakni membaca ulang alias merevisi. Biasakan diri Anda untuk tidak merasa cepat puas dengan cerpen Anda. Begitu Anda selesai menuliskannya, baca ulang sampai beberapa kali, sampai Anda merasa cerpen Anda sudah ‘bunyi’.

TINDAKAN: Kalau Anda sudah berhasil merampungkan cerpen Anda, ada dua pilihan: membaca ulang pada saat itu juga, atau mengendapkannya dalam beberapa hari. Kedua-duanya punya kelebihan dan kekurangan. Satu cara lagi: suruh orang-orang terdekat Anda (adik, kakak, ibu, bapak, om, tante, embah kakung, eyang putri…) membaca karya Anda. Biasanya, mereka punya penilaian yang jujur.

8.Oke deh, saya mulai mengerti. Saya ingin menulis terus, tak pernah bosan. Bantu saya ya?

Jangan cuma ngomong, Anda harus buktikan sendiri kata-kata Anda itu. Tak ada seorang pun yang bisa membuat Anda menjadi seorang penulis cerpen, kecuali diri Anda sendiri. Berusahalah tanpa kenal lelah. Ingat-ingat selalu: tak ada sebuah sekolah pun yang bisa menghasilkan seorang cerpenis.

TINDAKAN: Buatlah target menulis. Tidak perlu muluk-muluk (misalnya sehari satu cerpen). Okelah, tanpa mengikuti pelatihan ini pun, Anda sudah bisa menulis cerpen.

Wallahualam bisshawab.


0 comments: